This site uses cookies.
Some of these cookies are essential to the operation of the site,
while others help to improve your experience by providing insights into how the site is being used.
For more information, please see the ProZ.com privacy policy.
Freelance translator and/or interpreter, Verified site user
Data security
This person has a SecurePRO™ card. Because this person is not a ProZ.com Plus subscriber, to view his or her SecurePRO™ card you must be a ProZ.com Business member or Plus subscriber.
Affiliations
This person is not affiliated with any business or Blue Board record at ProZ.com.
English to Indonesian: Fahrenheit General field: Art/Literary Detailed field: Poetry & Literature
Source text - English It was a pleasure to burn.
It was a special pleasure to see things eaten, to see things blackened and changed. With the brass nozzle in his fists, with this great python spitting its venomous kerosene upon the world, the blood pounded in his head, and his hands were the hands of some amazing conductor playing all the symphonies of blazing and burning to bring down the tatters and charcoal ruins of history. With his symbolic helmet numbered 451 on his stolid head, and his eyes all orange flame with the thought of what came next, he flicked the igniter and the house jumped up in a gorging fire that burned the evening sky red and yellow and black. He strode in a swarm of fireflies. He wanted above all, like the old joke, to shove a marshmallow on a stick in the furnace, while the flapping pigeon-winged books died on the porch and lawn of the house. While the books went up in sparkling whirls and blew away on a wind turned dark with burning.
Montag grinned the fierce grin of all men singed and driven back by flame.
He knew that when he returned to the firehouse, he might wink at himself, a minstrel man, burnt-corked, in the mirror. Later, going to sleep, he would feel the fiery smile still gripped by his face muscles, in the dark. It never went away, that smile, it never went away, as long as he remembered.
He hung up his black beetle-colored helmet and shined it; he hung his flameproof jacket neatly; he showered luxuriously, and then, whistling, hands in pockets, walked across the upper floor of the fire station and fell down the hole. At the last moment, when disaster seemed positive, he pulled his hands from his pockets and broke his fall by grasping the golden pole. He slid to a squeaking halt, the heels one inch from the concrete floor downstairs.
He walked out of the fire station and along the midnight street toward the subway where the silent air-propelled train slid soundlessly down its lubricated flue in the earth and let him out with a great puff of warm air onto the cream-tiled escalator rising to the suburb.
Whistling, he let the escalator waft him into the still night air. He walked toward the corner, thinking little all about nothing in particular. Before he reached the corner, however, he slowed as if a wind had sprung up from nowhere, as if someone had called his name.
The last few nights he had had the most uncertain feelings about the sidewalk just around the corner here, moving in the starlight toward his house. He had felt that a moment prior to his making the turn, someone had been there. The air seemed charged with a special calm as if someone had waited there, quietly, and only a moment before he came, simply turned to a shadow and let him through. Perhaps his nose detected a faint perfume, perhaps the skin on the backs of his hands, on his face, felt the temperature rise at this one spot where a person’s standing might raise the immediate atmosphere ten degrees for an instant. There was no understanding it. Each time he made the turn, he saw only the white, unused, buckling sidewalk, with perhaps, on one night, something vanishing swiftly across a lawn before he could focus his eyes or speak.
But now tonight, he slowed almost to a stop. His inner mind, reaching out to turn the corner for him, had heard the faintest whisper. Breathing? Or was the atmosphere compressed merely by someone standing very quietly there, waiting?
He turned the corner.
The autumn leaves blew over the moonlit pavement in such a way as to make the girl who was moving there seem fixed to a sliding walk, letting the motion of the wind and the leaves carry her forward. Her head was half bent to watch her shoes stir the circling leaves. Her face was slender and milk-white, and it was a kind of gentle hunger that touched over everything with tireless curiosity. It was a look, almost, of pale surprise; the dark eyes were so fixed to the world that no move escaped them. Her dress was white and it whispered. He almost thought he heard the motion of her hands as she walked, and the infinitely small sound now, the white stir of her face turning when she discovered she was a moment away for a man who stood in the middle of the pavement waiting.
Translation - Indonesian Membakar itu menyenangkan.
Melihat benda termakan api itu teramat menyenangkan. Mula-mula benda itu menghitam, lantas berubah bentuk. Moncong selang yang digenggamnya menyemburkan luapan minyak tanah ke atas tanah, darahnya berdesir ketika kedua tangannya berusaha memandu irama jilatan dan kobaran api yang mengoyak dan meluluhlantakkan benda-benda yang pada mulanya berharga. Dengan helm bernomor 451 yang melekat di kepalanya dan mata merah membara yang merefleksikan betapa hebatnya kobaran api, ia nyalakan pemantik api dan dibiarkannya rumah itu terbakar hingga semburat warna merah, kuning, dan hitam bergelayut memenuhi langit senja. Kemudian ia pun berjalan di tengah percikan bunga api. Saat itu, bak sebuah guyonan, tiba-tiba saja ia ingin menancapkan sepotong marshmallow ke sebuah tongkat dan memanggangnya di perapian besar itu sembari mengamati lembaran-lembaran buku yang musnah dilalap api di beranda dan pekarangan rumah tersebut. Montag tersenyum dengan seringaian seorang pria yang merasa amat bahagia karena telah berhasil menyaksikan kobaran api yang maha dahsyat.
Setiap kali Montag membawa ingatannya kembali pada rumah yang terbakar itu, ia akan mengerling bangga pada bayangannya, sosok seorang pria pengembara berkulit gelap, yang tampak di kaca. Sebelum melangkahkan kakinya ke atas tempat tidurpun senyum sadis di bibirnya akan selalu terkembang, meski kegelapan meliputinya. Ia tak kan pernah sirna, ya senyum itu tak kan pernah sirna, sejauh yang mampu diingatnya.
Ia gantung helm hitam berkilauan miliknya lalu menggosoknya agar berkilap. Kemudian, jaket tahan api miliknya pun turut digantungkannya. Setelah itu ia mandi. Seusai mandi, ia bersiul sambil memasukkan kedua tangannya ke sakunya. Ia berjalan menuju lantai teratas pos pasukan pembakar lalu menjatuhkan dirinya melalui sebuah lubang. Mendekati tanah, ketika ia benar-benar nyaris jatuh, ia tarik tangannya dari sakunya. Dengan segera kedua tangannya merengkuh tiang keemasan di dekatnya. Ia rem posisi jatuhnya secara tiba-tiba, tepat ketika tumitnya hanya berjarak satu inchi dari lantai keras yang ada di bawahnya.
Ia keluar dari pos pasukan pembakar dan menelusuri jalan di tengah kegelapan malam. Ia langkahkan kakinya menuju stasiun kereta bawah tanah, tempat di mana kereta bertenaga angin meluncur tenang di atas rel licin berpelumas. Diiringi hembusan udara hangat, kereta itu menurunkannya di atas sebuah ban berjalan berwarna krem yang membantunya mendaki jalan menanjak menuju ke sebuah kawasan pemukiman.
Sambil bersiul, ia biarkan ban berjalan itu melambungkannya menuju angkasa malam. Montag menepi ke suatu tempat sambil memikirkan sesuatu yang tak begitu penting. Namun sebelum ia tiba di tempat itu, anginpun menderu dari arah yang tak diketahuinya. Suara angin seolah-olah memanggil namanya.
Beberapa malam belakangan, ia merasa tak nyaman dengan posisi trotoar yang ada di sekitar tempatnya berpijak, tempatnya berpijak ini memang memantulkan cahaya bintang ke arah rumahnya. Ia menduga bahwa sebelum ia pijakkan kakinya di tempat itu, seseorang telah terlebih dahulu tiba di sana. Atmosfer tenang yang melingkupi tempat itu seolah-olah mengisyaratkan bahwa seseorang secara diam-diam pernah berdiri menunggunya di tempat itu, dan beberapa saat sebelum kedatangannya orang itu telah menghilang dan membiarkannya lewat. Terkadang indera penciumannya berhasil menangkap wangi parfum yang samar-samar, terkadang punggung tangan dan wajahnyapun mampu merasakan suhu udara yang lebih tinggi daripada suhu yang ada di sekitarnya. Ini mungkin saja terjadi sebab tempat yang pernah dipijak oleh manusia biasanya memiliki temperatur sepuluh derajat lebih tinggi daripada tempat lain di sekitarnya. Yah, walaupun prinsip semacam itu tak selalu benar. Tiap kali ia telusuri jalan itu, yang ia lihat hanyalah trotoar putih berkelok-kelok yang telah lama ditelantarkan. Hingga pada suatu malam, ia mendapati sebuah objek berkelebat. Benda itu telah menghilang di balik semak-semak sebelum ia mampu melihatnya atau mengucapkan sepatah katapun.
Malam ini, ia memperlambat langkahnya. Indera pendengarannya menangkap suara bisikan yang teramat pelan. Suara nafasnya sendirikah? Atau bisa jadi suara itu timbul akibat keberadaan seseorang yang diam-diam berdiri di sana, menunggunya.
Ia melirik ke arah sumber suara itu.
Dedaunan musim gugur jatuh tertiup angin kencang ke atas trotoar yang diterangi cahaya bulan itu. Seorang gadis melewati trotoar itu. Sosoknya seolah-olah meluncur karena terdorong oleh hempasan angin dan dedaunan. Gadis itu menundukkan kepalanya dan mendapati sepasang sepatunya telah dikelilingi oleh dedaunan kering yang berguguran. Wajah gadis itu tirus dan kulitnya seputih susu. Rona wajahnya menegaskan rasa keingintahuan yang besar. Wajah putih itupun semakin memucat akibat keterkejutannya. Bola matanya yang berwarna gelap akan menatap penuh selidik kepada siapapun yang berani memandangnya. Pakaiannya yang berwarna putih bersih menimbulkan suara bergemeresik. Montag mampu mendengar setiap jengkal suara yang dihasilkan oleh derap langkah gadis itu hingga suara gemeresik itupun perlahan-lahan reda. Gadis itu langsung memalingkan wajah putihnya ketika ia menyadari bahwa ia telah berdiri dalam radius yang tak begitu jauh dari sosok seorang pria yang sedang berdiri menunggunya di atas trotoar.
English to Indonesian: Subscription Form General field: Bus/Financial
Source text - English FORMULIR BERLANGGANAN “XYZ”
Jakarta, ……………….. 2012
Perihal : Kesediaan Pembelian Produk “XYZ”
Dengan Hormat,
Yang bertandatangan dibawah ini,
Nama Penanggung Jawab :
Nama Perusahaan :
Alamat :
Dengan ini menyatakan bersedia membeli produk, “XYZ” yang diterbitkan oleh ReforMiner Institute dengan ketentuan sebagai berikut:
Periode Berlangganan :
Harga : < 1 Tahun – Rp. 35.000.000,- / Bulan
atau Rp. 420.000.000,- / Tahun
≥ 1 Tahun – Rp. 30.000.000,- / Bulan
atau Rp. 360.000.000,- / Tahun
Total harus dibayar : Rp. ………………………..
Apabila pembayaran menggunakan mata uang selain Rupiah, konversi mata uang dengan kurs yang berlaku pada saat tanggal transaksi.
Pihak JGHTH Institute akan mengirimkan tagihan berupa Invoice Apabila formulir kesediaan ini sudah di isi, dilengkapi dengan tanda tangan, stempel perusahaan, dan dikirimkan ke Alamat JGHTH Institute di Jl. xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx, Jakarta Pusat 10210.
Demikian surat kesediaan pembelian ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Penanggung Jawab Mengetahui
( ) ( )
Translation - Indonesian “XYZ” SUBSCRIPTION FORM
Jakarta, ……………….. 2012
On: Subscription of “XYZ”
Dear Sir/Madam,
The undersigned:
Name :
Company’s Name :
Address :
hereinafter declares his/her agreement to purchase “XYZ” issued by JGHTH Institute and to meet the following requirements:
Period of Subscription :
Subscription Fee : < 1 Year – IDR 35,000,000,-/Month
or IDR 420,000,000,- / Year
≥ 1 Year – IDR 30,000,000,-/Month
or IDR 360,000,000,- / Year
Total Amount Payable : IDR ………………………..
The Company shall pay in Indonesian Rupiah (IDR) or in such other currencies as may be mutually agreed. The fee paid in other currencies shall be converted into IDR by using current exchange rate (the exchange rate prevails on the date of transaction).
JGHTH Institute will send an invoice after the completion of this subscription form. This form shall be signed, sealed by the company, and re-sent to JGHTH Institute’s address, Jl. xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx, Jakarta Pusat 10210.
In witness whereof, it is provided for whom it may concerned.
The Undersigned, Acknowledgment,
( ) ( )
English to Indonesian: Company Deed General field: Law/Patents
Source text - English THIS INSTRUMENT is entered into by way of deed poll on 1 January 2013 by:
PT ABC, a limited liability company incorporated under the laws of Indonesia, whose registered office is at Gedung Mentereng, Lt. 100, Jl. Banjir Kanal No. 1, Jakarta (the “Issuer”).
WHEREAS:
(A) The Issuer has, by a resolution of its board of directors passed on 1 January 2013 and by a resolution of its shareholders passed on 1 January 2013, determined to create and issue 100 Warrants to the Warrantholders, which will be exercisable, on the terms and subject to the conditions set out in this Instrument, for Warrant Shares.
(B) This Instrument has been executed by the Issuer as a deed poll in favor of the Warrantholders.
(C) In connection with the Warrants, the Issuer and the Guarantors have entered into a Deed of Undertaking (as defined below) to create certain rights and give certain representations, warranties and undertakings in favor of the Warrantholders.
(D) All registered holders of Shares in the Issuer have irrevocably waived all pre-emption rights conferred on them (whether by the Articles or otherwise) in relation to the issue of Warrants pursuant to this Instrument.
1 Interpretation
1.1 In this Instrument, capitalized terms have the following meaning:
“Affiliate” means, in relation to any person, a Subsidiary of that person or a Holding Company of that person or any other Subsidiary of that Holding Company;
“Business Day” means a day (other than a Saturday or Sunday) on which banks are open for general business in Hong Kong, Singapore and Jakarta;
“Control” means possession, directly or indirectly, of the power to direct or cause the direction of the management or policies of a person, whether through the ownership of voting securities, by contract or otherwise, and “controller”, “controlled” and “controls” shall be construed accordingly;
“Conversion” means the conversion in the legal form of a company incorporated in the Republic of Indonesia from a non-investment company to a foreign investment company (PT Penanaman Modal Asing);
“Deed of Undertaking” means the deed of undertaking dated on or about the date of this Instrument and executed by, among others, the Issuer, XYZ and the Guarantors;
Translation - Indonesian INSTRUMEN INI disahkan dengan surat pernyataan bertanggal 1 Januari 2013 yang dikeluarkan oleh:
PT ABC, sebuah perseroan terbatas yang didirikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Indonesia, yang berkantor resmi di Gedung Mentereng, Lt. 100, Jl. Banjir Kanal No. 1, Jakarta (selanjutnya disebut sebagai “Penerbit”).
MENIMBANG BAHWA:
(A) Penerbit, berdasarkan resolusi dewan direksi yang disahkan pada tanggal 1 Januari 2013 dan resolusi para pemegang saham yang disahkan pada tanggal 1 Januari 2013, memutuskan untuk menyusun dan menerbitkan 100 lembar Waran bagi para Pemegang Waran, yang berlaku sesuai syarat dan ketentuan yang ditetapkan dalam Instrumen ini, pada bagian Waran Saham (Warrant Shares).
(B) Instrumen ini dikeluarkan oleh Penerbit dalam bentuk sebuah surat pernyataan yang dibuat dengan didasari itikad baik kepada para Pemegang Waran.
(C) Terkait dengan Waran tersebut, Penerbit dan Penjamin telah mengesahkan sebuah Akta Pengambilalihan (seperti yang akan diterangkan selanjutnya) yang akan memberikan hak, kuasa, waran, dan wewenang untuk melakukan pengambilalihan untuk keperluan para Pemegang Waran.
(D) Seluruh Pemegang Saham Sah yang dikeluarkan oleh Penerbit, tanpa dapat dibatalkan, setuju untuk mengesampingkan seluruh hak yang dimilikinya untuk menawarkan sahamnya kepada pemilik saham lama/pre-emption right (sebagaimana diatur dalam Pasal-pasal Instrumen ini dan sebagainya) jika ada permasalahan terkait Waran yang terjadi pada Instrumen ini.
1 Penafsiran
1.1 Di dalam Instrumen ini, istilah-istilah yang dicetak dengan menggunakan huruf capital dapat ditafsirkan sebagai berikut:
“Afiliasi”, jika ada kaitannya dengan individu, ditafsirkan sebagai wakil individu, Perusahaan Induk yang dimiliki individu tersebut, atau Anak Perusahaan dari Perusahaan Induk yang dimiliki oleh individu tersebut;
“Hari Kerja” ditafsirkan sebagai hari (selain Sabtu atau Minggu) dibukanya bank untuk melakukan kegiatan kerja sehari-harinya di Hong Kong, Singapore dan Jakarta;
“kontrol” ditafsirkan sebagai kepemilikan, baik secara langsung maupun tidak langsung, atau wewenang yang dimiliki oleh individu untuk mengarahkan atau mengeluarkan pengarahan bagi pihak manajemen maupun untuk mengeluarkan kebijakan, yang timbul akibat kepemilikan saham berhak suara, pembuatan sebuah kesepakatan, dan sebagainya. Adapun “Pemegang Kontrol”, “Penerima Kontrol” dan “Kontrol” ditafsirkan sesuai dengan definisi tersebut di atas;
“Konversi” ditafsirkan sebagai konversi legal sebuah perusahaan yang berkedudukan di wilayah hokum Republik Indonesia dari sebuah perusahaan non-investasi menjadi sebuah perusahaan investasi asing (PT Penanaman Modal Asing);
“Akta Pengambilalihan” ditafsirkan sebagai sebuah akta pengambilalihan yang dibuat pada tanggal atau beberapa saat setelah disahkannya Instrumen ini. Akta tersebut wajib disahkan setidaknya oleh Penerbit, XYZ dan para Penjamin;
English to Indonesian: Agreement
Source text - English Perjanjian ini dibuat dan diadakan pada hari ini, tanggal ____ April 2013, oleh dan antara:
PT. ABCD, suatu perusahaan yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkantor resmi di Gedung Bertingkat Lt. 11 No. Jl. Marcopolo No. 1 Jakarta, Indonesia (“ABCD”); dan
PT EFGH, suatu perusahaan yang didirikan menurut hukum Indonesia, berkantor tercatat di Gedung Tinggi Lt. 12, Jl. Swadaya No. 5, Jakarta 12530, Republik Indonesia (“DEFG”).
ABCD dan EFGH secara sendiri-sendiri selanjutnya disebut “Pihak” dan secara bersama-sama disebut “Para Pihak”
Istilah-istilah yang digunakan dalam Perjanjian ini mempunyai arti sebagaimana yang didefinisikan dalam Pasal 1 ini. Kecuali yang didefinisikan lain dalam Perjanjian ini, istilah-istilah yang diawali dengan huruf besar yang digunakan dalam Perjanjian ini mempunyai arti yang sama yang diberikan kepada istilah-istilah tersebut dalam Pasal 1 Perjanjian Jual Beli.
Setiap perselisihan, perdebatan, atau pertentangan apapun (selanjutnya disebut “Perselisihan”) di antara Para Pihak yang timbul dari atau yang berkaitan dengan atau dalam kaitan dengan Perjanjian ini dan pelaksanaan atau tidak adanya pelaksanaan hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang dinyatakan dalam Perjanjian ini akan, sejauh mungkin, diselesaikan secara kekeluargaan dalam waktu tiga puluh (30) hari setelah pemberitahuan tertulis tentang Perselisihan tersebut telah disampaikan oleh satu Pihak kepada Pihak yang lain.
Jika Perselisihan tersebut tidak dapat diselesaikan secara kekeluargaan dalam waktu tiga puluh (30) hari tersebut, maka tiap Pihak dapat menyerahkan Perselisihan tersebut kepada arbitrase oleh tiga (3) orang arbitrator di Singapura sesuai dengan Peraturan Pusat Arbitrase Internasional Singapura (“SIAC”) yang berlaku pada waktu arbitrase dan wajib memberitahu
Pihak yang lain secara tertulis tentang penyerahan Perselisihan tersebut kepada arbitrase (“Pemberitahuan Arbitrase”).
Translation - Indonesian This agreement has been made and entered into this day of ____ April 2013, by and between:
PT. ABCD, a company which is established in accordance with applicable laws and regulation of the Republic of Indonesia, situated at Gedung Bertingkat Lt. 11 No. Jl. Marcopolo No. 1 Jakarta, Indonesia (“ABCD”); and
PT EFGH, a company which is established in accordance with applicable laws and regulation of the Republic of Indonesia, registered at Gedung Tinggi Lt. 12, Jl. Swadaya No. 5, Jakarta 12530, the Republic of Indonesia (“DEFG”).
ABCD and EFGH shall solely be referred to as “Party” and collectively be referred to as “Parties.”
All definitions cited herein shall be interpreted in accordance with Article 1 hereof. Unless otherwise cited in this Agreement, the capitalized terms cited herein shall be interpreted with regards to Article 1 of Sell Purchase Agreement.
Any clash, dispute or conflict (hereinafter referred to as “Dispute”) between Parties arising of, related to, or in accordance with this Agreement and the performance or non-performance of any right and responsibility cited herein shall, to the greatest extent feasible, be settled amicably in the period of thirty (30) days after any written notice informing the above-mentioned Dispute submitted by one of the conflicting Party to another.
In the event that the afore-said Dispute cannot be settled amicably during the period of thirty (30) days, any Party shall transfer the Dispute to a board of arbitration which consists of three (3) arbitrators who are registered in Singapore, to be settled in accordance with the rules of Singapore International Arbitration Centre (“SIAC”) which prevail during the time of arbitration and the concerned Party shall deliver written notice informing about such transfer to other Party. (“Notice of Arbitrage”).
English to Indonesian: Building a Knowledge Sharing Culture in Private Universities through Learning Organization General field: Social Sciences Detailed field: Education / Pedagogy
Source text - English Perguruan Tinggi di Indonesia merupakan salah satu instrumen pendidikan nasional yang menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan tinggi dimana di dalamnya terdapat pengembangan ilmu pengetahuan.
Untuk itu, sebuah perguruan tinggi menghadapi tantangan yang tidak ringan. Disamping harus menyiapkan lulusan yang berkemampuan baik, sebuah perguruan tinggi harus mampu menampilkan sebuah citra positif sebagai institusi pendidikan berkualitas yang adaptif terhadap perubahan dan perkembangan yang ada. Hal ini sejalan dengan apa yang pernah disampaikan Seymour (1992) dan Freed, et.al (1997) bahwa sebuah perguruan tinggi harus memiliki perhatian pada upaya peningkatan kualitas.
Kondisi lain yang harus dihadapi oleh sebuah pendidikan tinggi di Indonesia adalah masalah persaingan yang ketat. Saat ini persaingan yang ada tidak hanya pada tingkat nasional, sesama perguruan tinggi di Indonesia saja, tetapi juga dengan perguruan tinggi tingkat regional dan internasional.
Posisi Perguruan Tinggi di Indonesia pada tingkat internasional dapat terlihat dari Times Higher Education Supplement (THES). Pada tahun 2008, dari seluruh daftar yang dikeluarkan oleh THES tidak satu pun perguruan tinggi di Indonesia masuk ke dalam 100 besar perguruan tinggi terbaik. Kondisi yang sama berlangsung pada data tahun 2012, dimana penilaian sebuah PTS masuk dalam world ranking adalah mutu dari sisi pengajaran serta mutu dari sisi penelitian, yang didalamnya termasuk volume jumlah penelitian dan publikasi ilmiah dalam satu tahun (times higher education, 2012). Pada tahun 2013, berdasarkan peringkat yang dikeluarkan oleh webometrics, terdapat 32 Perguruan tinggi di Indonesia (PTN dan PTS) yang masuk dalam 100 besar di Asia Tenggara, dimana 6 diantaranya adalah PTS yang berada di bawah kopertis III. Jumlah 6 PTS yang masuk dalam 6 besar di Asia tenggara tersebut seluruhnya adalah Universitas, jumlah ini jauh dibawah jumlah PTS yang ada di bawah kopertis III.
Agar dapat menjadi sebuah perguruan tinggi yang berkualitas baik dalam menghasilkan lulusan maupun dalam penelitian, pengabdian masyarakat dan publikasi ilmiah, sebuah perguruan tinggi harus mampu berbadaptasi, berkembang dan melakukan pembelajaran yang terus menerus (Kogut, et.al, 1992; Henderson dan Cockburn, 1994). Sebagaimana apa yang disampaikan oleh Marquandt (1996) agar sebuah organisasi dapat mencapai dan mempertahankan keunggulan bersaing dalam lingkungan yang berubah dengan cepat, maka harus meningkatkan kapasitas belajarnya melalui pembelajaran.
Perguruan Tinggi dapat meningkatkan kapasitas belajarnya dengan menjadi sebuah organisasi yang memfasilitasi pembelajar bagi seluruh anggotanya, dimana didalamnya setiap anggota secara individu terdorong untuk belajar dan mengembangkan potensi mereka, dan organisasi tersebut berada pada proses transformasi secara terus menerus (Peddler, 1998; Dale, 2003), sehingga memiliki kapasitas untuk melakukan inovasi dan meningkatkan pertumbuhan (Watkins and Marsick, 1993, 1994, 2003). Ditambahkan, sebuah Perguruan Tinggi dapat menjadi Organisasi Pembelajar dengan membangun sebuah keahlian pribadi dari setiap individu (personal mastery), mental model, kerjasama tim (team learning), membagi visi bersama (shared vision) dan sistem berpikir yang terintegrasi di seluruh organisasi (system thingking) demikian prasayarat yang disampaikan oleh Senge (1990) agar sebuah organisasi menjadi organisasi pembelajar. Pendapat lain adalah kelima hal tersebut di atas dapat ditambahkan dengan sebuah dialog diantara anggota dan manajemen dimana yang terlibat dalam sebuah organisasi pembelajar adalah organization, pople, knowledge, learning dan technology (Marquandt, 1996).
Hal yang sedikit berbeda disampaikan Veisi, et.al (2012) mengatakan bahwa untuk institui pendidikan tinggi, individu atau anggota didalam organisasi menentukan sebuah institusi pendidikan tinggi dapat berjalan menjadi sebuah organisasi pembelajar atau tidak. Sehingga perlu dibedakan bagaimana organisasi belajar pada tingkat individu dan manajemen. Walaupun individu, tim, dan organisasi harus merupakan suatu sistem yang ‘embedded’ ( Kumar, 2005).
Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Yang, Watkins dan Marsick (1993, 1994, 2003, 2004) untuk mencapai sebagai sebuah organisasi pembelajar dilihat dari dua level, People dan Structure. Dari sisi people level (individu dan team) dibutuhkan sebuah pembelajaran yang terus menerus (Cotinous Learning), terdapat dialog dan imbal balik (Inquiry and dialogue), team learning, dan setiap individu harus dilibatkan dalam berbagai kegiatan yang ada di organisasi (empowerment), sedangkan dari Structure Level, organisasi harus memiliki informasi dan pengetahuan yang dapat diakses oleh seluruh anggota organisasi (embedded system), memiliki hubungan dengan komunitas terkait dan anggota organisasi memahami manfaat pembelajarn bagi lingkungan sekitarnya (system connection), terkahir adalah memiliki pemimpin yang mampu berpikir strategis dalam memanfaatkan pembelajaran untuk mencapai tujuan organisasi dan berbagi visi bersama (strategic leadership).
Dengan menjadi sebuah organisasi pembelajar, menurut Absah (2009) Learning Organization yang diciptakan sebuah PTS akan meningkatkan dan menciptakan kompetensi inti dan strategi guna mencapai kesuksesan dalam pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat.
Melihat dari kondisi yang ada di atas, maka tujuan dari makalah ini adalah ingin melihat :
1. Manfaat pelaksanaan Learning Organization pada People Level terhadap Learning Organization pada Structure Level
2. Manfaat pelaksanaan Learning Organization pada People Level terhadap Knowledge Sharing dan Organization Commitment
3. Manfaat pelaksanaan Learning Organization pada Structure Level terhadap Knowledge Sharing dan Organization Commitment
4. Manfaat tingkat Organization commitment terhadap Knowledge Sharing
Translation - Indonesian In Indonesia, higher education institutions are one of the components of national education which are allowed to conduct and develop higher education programs as well as knowledge.
Dealing with such role, higher education institutions have to face some constraining challenges. These institutions are required to prepare well-qualified graduates, create positive image, and transform into well-developed education institutions which are adaptive to any forms of changes and developments. This remark is in accordance with what have been stated by Seymour (1992) and Freed, et.al (1997) – a good university shall be concerned about capacity building.
Other problem that may constrain Indonesia’s higher education deals with competition. In this age of globalization, private universities must compete not only with their public competitors but also with their regional as well as international counterparts.
The position of Indonesian Universities in the eyes of international world can be seen in the table of world university rankings compiled by Times Higher Education Supplement (THES). Once in 2008, no Indonesian University was listed in top 100 world university rankings of THES. Similar condition lasted until 2012, when the listing of top universities was based on the quality of teaching/learning process and quality of research, including the volume of research activities conducted and scientific publications issued by those respective universities during a year (times higher education, 2012). In 2013, based on the ranking system constructed by webometrics, 32 Indonesian higher education institutions (public and private institutions) are included in top 100 higher education institutions in South-East Asia, 6 of which are higher education institutions that operate under the coordination of Kopertis III. All higher education institutions listed in such 100 top institutions in South East Asia are universities, and the amount of which is far fewer than the total number of universities which operate under the coordination of Kopertis III.
To be considered as a well-qualified institution which is able to produce best graduates, research activities, community service and scientific publications, a higher education institution shall be able to continuosly adapt, develop, and learn. (Kogut, et.al, 1992; Henderson and Cockburn, 1994). According to Marquandt (1996), an organization must develop its capacity building through learning activities in order to achieve and maintain the level of its competitiveness in an ever-changing world.
Higher education institutions can improve its learning capacities by transforming into an organization which facilitates learning for all of its members, and the members of which must have personal motivation to learn and develop their potentials. By doing so, such organization will continuously transform (Peddler, 1998; Dale, 2003), so it has certain capacities to perform some innovations and grow the level of its development (Watkins and Marsick, 1993, 1994, 2003). Furthermore, a higher education institution can only transform into a Learning Organization in the event that such organization has the ability to build each individual’s personal mastery, mental model, team learning, shared vision, and integrated system thinking. Those components, according to Senge (1990), are the requirements of a learning organization. Another expert added that a dialog between the members and the managerial board must be conducted in such organization. Thus, we can add some components like organization, pople, knowledge, learning and technology as the components of learning organization. (Marquandt, 1996).
Slightly different with the above-mentioned statements, Veisi, et.al (2012) stated that the individuals or members of higher education institutions will determine whether such institution will develop into a learning organization or not. Thus, we need to distinguish between the learning organization for individuals and for management board, eventhough those individuals, teams, and organization shall jointly establish an ‘embedded’ system. (Kumar, 2005).
This statement is in line with the argument conveyed by Yang, Watkins and Marsick (1993, 1994, 2003, 2004), in order to establish such learning organization we have to observe two levels of perspective, People dan Structure. From people level perspective (individuals and team), Continuous Learning, Inquiry and dialogue, team learning, and individuals’ empowerment are needed to build such organization, whereas from Structure Level, each organization is required to have information and knowledge that can be accessed by all members of such organization (embedded system), have a connection with related community, and all members of the organization must fully understand about the benefits of such learning for its surroundings (system connection), and such organization shall be led by a leader who has the ability to apply strategical thinking when utilizing the learning to achieve organizational goals and the ability to share joint-vision (strategic leadership).
By establishing a learning organization, said Absah (2009) a private higher education institution (PTS) will be able to develop and create core and strategical competences to achieve successful educational, research, and community service’s goals.
Based on the above-mentioned conditions, this paper aims to observe the following:
1. The benefit of the implementation of Learning Organization in People Level towards Learning Organization in Structure Level
2. The benefit of the implementation of Learning Organization in People Level towards Knowledge Sharing and Organization Commitment
3. The benefit of the implementation of Learning Organization in Structure Level towards Knowledge Sharing and Organization Commitment
4. The benefit of the level of Organization commitment towards Knowledge Sharing
More
Less
Translation education
Bachelor's degree - Universitas Negeri Semarang (UNNES)
Experience
Years of experience: 15. Registered at ProZ.com: Sep 2010.
Translating with passion.
I always assume that a new text is a new challenge and be always passionate in learning more about it. My five year experience may prove my devotion and passion to translation. For me, translating is more than replacing one word with its counterpart in other language; translating is an art - the art to restate your feeling and intention in other language so your target reader will find that your piece of work is more than readable! What can I say about a good translation result? Intelligible!
Please find my HPI profile here http://sihapei.hpi.or.id/member/profile/HPI-01-11-0445
Please find my linkedin profile here
http://www.linkedin.com/profile/view?id=85861459&trk=nav_responsive_tab_profile_pic
Keywords: english, indonesia, oil and gas, novel, social sciences, legal